Di Balik Kreativitas Mahasiswa Polimedia Tersembunyi Beban Mental yang Tak Terlihat

 

kelaskaryawan.org


Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia) Jakarta dikenal sebagai kampus yang melahirkan talenta-talenta kreatif di bidang desain grafis, animasi, fotografi, penerbitan, dan multimedia. Namun, di balik semangat dan karya-karya inovatif mahasiswa, tersembunyi beban mental yang sering kali tidak terlihat. Tekanan akademik, persaingan ketat, serta ekspektasi tinggi menjadi faktor utama yang memengaruhi kesehatan mental mahasiswa Polimedia.  

Tekanan Akademik yang Tinggi  

Di lingkungan kampus menunjukkan bahwa mahasiswa Polimedia kerap sibuk dengan tugas dan proyek kreatif yang harus diselesaikan dalam tenggat waktu ketat. Di laboratorium komputer, studio desain, hingga sudut-sudut kampus, banyak mahasiswa terlihat bekerja hingga larut malam, tenggelam dalam layar komputer atau sketsa yang belum sempurna.  

Mata kuliah berbasis proyek menuntut mahasiswa untuk selalu menghasilkan ide-ide segar dan inovatif. Tidak sedikit yang merasa terbebani oleh tuntutan ini, terutama karena industri kreatif yang terus berkembang menuntut standar yang semakin tinggi. Kesempurnaan dalam eksekusi karya menjadi tekanan tersendiri, sehingga mahasiswa kerap mengalami kelelahan mental dan fisik.  

Di beberapa sudut kampus, mahasiswa terlihat beristirahat sejenak, menatap kosong ke kejauhan atau sekadar meregangkan tubuh di bangku taman. Beberapa lainnya tampak sibuk mengedit video atau menyelesaikan desain dengan ekspresi wajah yang tegang. Semua ini menjadi bukti bahwa di balik kreativitas mereka, ada perjuangan mental yang tidak selalu terlihat oleh orang lain.  

Persaingan dan Ekspektasi yang Menekan

Selain beban akademik, persaingan antar mahasiswa juga menjadi faktor yang memperberat kondisi mental. Sebagai kampus yang mencetak tenaga kreatif profesional, Polimedia memiliki standar yang cukup tinggi. Banyak mahasiswa merasa perlu menunjukkan keunggulan mereka agar dapat bersaing di dunia kerja nantinya.  

Hal ini menciptakan lingkungan yang penuh dengan tekanan. Tidak sedikit mahasiswa yang merasa cemas ketika melihat teman-temannya berhasil menghasilkan karya luar biasa, sementara mereka sendiri merasa tertinggal. Perasaan tidak cukup baik atau takut gagal menjadi hal yang umum dirasakan oleh banyak mahasiswa.  

Selain itu, ekspektasi dari dosen, keluarga, dan bahkan diri sendiri juga memperparah beban mental yang dirasakan. Banyak mahasiswa berusaha untuk terus produktif, meskipun mereka sudah berada di ambang kelelahan. Beberapa terlihat mengonsumsi kopi berulang kali, mencoba tetap fokus di tengah tekanan yang semakin berat.  

Minimnya Kesadaran akan Kesehatan Mental

Meskipun tantangan mental di kalangan mahasiswa Polimedia cukup nyata, kesadaran terhadap pentingnya kesehatan mental masih tergolong rendah. Observasi di kampus menunjukkan bahwa tidak banyak mahasiswa yang secara terbuka membicarakan stres atau kecemasan yang mereka alami.  

Beberapa dari mereka memilih untuk memendam masalah sendiri, merasa malu atau takut dianggap lemah jika mengungkapkan kesulitan mereka. Stigma terhadap masalah kesehatan mental masih cukup kuat, sehingga banyak mahasiswa yang enggan mencari bantuan profesional.  

Pihak kampus sebenarnya telah menyediakan layanan konseling, tetapi pemanfaatannya masih tergolong rendah. Tidak banyak mahasiswa yang mengetahui keberadaan layanan ini atau merasa nyaman untuk mengaksesnya. Sebagian besar masih mengandalkan teman sebaya sebagai tempat berbagi, meskipun tidak selalu mendapatkan solusi yang tepat.  

Ruang Kreatif sebagai Pelarian

Di tengah tekanan akademik dan mental, beberapa mahasiswa mencoba mencari cara untuk mengatasi stres mereka. Observasi menunjukkan bahwa banyak dari mereka memilih menyalurkan emosi melalui karya seni.  

Beberapa mahasiswa tampak menggambar di sudut-sudut kampus, melukiskan perasaan mereka dalam sketsa yang ekspresif. Ada juga yang memilih musik sebagai bentuk terapi, memainkan gitar atau mendengarkan lagu di sela-sela kesibukan. Seni dan kreativitas menjadi pelarian yang membantu mereka melepaskan beban pikiran.  

Selain itu, komunitas-komunitas kreatif di Polimedia juga berperan penting dalam memberikan dukungan mental bagi mahasiswa. Berbagai organisasi mahasiswa, seperti komunitas desain, film, dan fotografi, menjadi tempat bagi mereka untuk berbagi dan saling menguatkan. Dalam diskusi-diskusi santai atau proyek kolaborasi, mahasiswa bisa menemukan teman yang memahami perjuangan mereka.  

Mencari Solusi untuk Kesehatan Mental Mahasiswa

Untuk mengatasi masalah kesehatan mental di Polimedia, diperlukan langkah konkret dari berbagai pihak. Pihak kampus dapat meningkatkan sosialisasi tentang pentingnya kesehatan mental dan layanan konseling yang tersedia. Membuka ruang diskusi yang lebih terbuka tentang stres dan kecemasan juga bisa membantu mengurangi stigma yang ada.  

Selain itu, mahasiswa juga perlu lebih peduli terhadap kesejahteraan mental mereka sendiri. Mengatur waktu dengan baik, beristirahat yang cukup, dan tidak ragu untuk mencari bantuan adalah langkah-langkah penting yang bisa dilakukan.  

Industri kreatif memang menuntut inovasi dan kerja keras, tetapi kesehatan mental tetap harus menjadi prioritas. Kreativitas sejati lahir dari pikiran yang sehat, bukan dari tekanan yang berlebihan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Antrean Panjang di Donut & Drinks Blok M Square: Sensasi Rasa yang Bikin Antrean Tak Pernah Sepi

Ary Ginanjar, Pandu Langsung Training ESQ Hypnotherapy Basic Program 2025

5 Minuman yang Bisa Meredakan Kecemasan, Enak dan Bikin Tenang