SCCC (Self Care Community Centre) : Ruang Baru untuk Menjaga Kesehatan Mental dan Koneksi Sosial di Jakarta
Jakarta, kota metropolitan yang tak pernah tidur, kerap menyimpan cerita-cerita tentang tekanan hidup, kesibukan yang tiada henti, dan kebutuhan akan ruang untuk bernapas. Di tengah dinamika kota yang padat dan ritme hidup yang serba cepat, kehadiran tempat-tempat yang dapat menjadi pelipur lara sekaligus ruang aman untuk berbagi semakin dibutuhkan. Menjawab kebutuhan ini, sebuah inisiatif baru hadir di tengah masyarakat: **Self Care Community Centre (SCCC)** – ruang kolektif yang mengusung misi kesehatan mental dan koneksi sosial.
Berlokasi strategis di kawasan Jakarta Selatan, SCCC tidak hanya menjadi tempat berkumpul, tetapi juga menjadi titik temu antara keinginan individu untuk menyembuhkan diri dan semangat komunitas untuk saling menguatkan. Konsep yang diusung cukup sederhana namun relevan: menjadikan perawatan diri sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari yang terjangkau, inklusif, dan saling mendukung.
### Dari Keresahan, Hadirlah Sebuah Solusi
Ide mendirikan SCCC bermula dari kegelisahan sekelompok anak muda yang menyadari meningkatnya kasus gangguan kesehatan mental di kalangan masyarakat urban. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa lebih dari 20 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan mental ringan hingga berat, dan sebagian besar belum mendapatkan dukungan yang memadai. Ditambah lagi dengan stigma sosial yang masih kuat, banyak orang memilih diam dan memendam masalah mereka sendiri.
"Self-care seharusnya bukan barang mewah. Ini adalah hak semua orang," ujar Rani Kusuma, salah satu pendiri SCCC yang juga seorang konselor lepas. "Kami ingin menciptakan ruang aman di mana siapa pun bisa datang, merasa diterima, dan tahu bahwa mereka tidak sendirian."
### Program Beragam, Akses Mudah
SCCC membuka pintunya untuk berbagai kalangan—dari mahasiswa, pekerja kantoran, ibu rumah tangga, hingga lansia. Tempat ini menyediakan berbagai program yang dirancang untuk mendukung kesehatan mental dan sosial, mulai dari sesi curhat kolektif, yoga dan meditasi, hingga lokakarya menulis ekspresif, seni rupa, dan diskusi buku.
Selain itu, SCCC juga menjalin kerja sama dengan psikolog dan terapis profesional untuk memberikan layanan konseling individual dengan harga yang lebih terjangkau. Tak jarang pula diadakan seminar dan talk show interaktif mengenai isu-isu psikologis yang sering dihadapi masyarakat urban seperti burnout, kecemasan sosial, trauma masa kecil, dan sebagainya.
Yang membuat SCCC berbeda adalah suasana yang ditawarkan: tidak kaku seperti klinik, dan tidak eksklusif seperti kelas premium. Desain interiornya hangat dan terbuka, dengan sentuhan estetika alami yang menenangkan. Pengunjung bebas duduk di beanbag, membaca buku, menggambar, atau sekadar menikmati secangkir teh sambil berbincang ringan.
### Koneksi Sosial Sebagai Terapi
Salah satu aspek yang sangat ditekankan oleh SCCC adalah pentingnya membangun koneksi sosial yang sehat. Di era digital, ironisnya, banyak orang merasa lebih kesepian meski terkoneksi dengan ribuan akun di media sosial. SCCC hadir untuk mengembalikan makna koneksi yang sesungguhnya—interaksi langsung, empati, dan kehadiran nyata.
Melalui berbagai kegiatan komunitas, pengunjung bisa bertemu dengan orang-orang dari latar belakang berbeda, namun memiliki keresahan yang sama. Di sinilah proses pemulihan dimulai: ketika seseorang merasa didengar, dipahami, dan diterima tanpa penilaian.
"Kadang kita tidak butuh solusi, hanya butuh seseorang yang mendengarkan dengan tulus. Itu saja sudah cukup menyembuhkan," ungkap Aditya, salah satu peserta sesi komunitas yang rutin hadir setiap minggu.
### Menyemai Harapan, Satu Langkah Sekaligus
Meskipun baru beroperasi kurang dari setahun, SCCC telah menjadi rumah kedua bagi banyak orang. Tak hanya membantu mereka yang tengah berjuang dengan kesehatan mentalnya, tetapi juga menciptakan ruang untuk tumbuh bersama. Dalam jangka panjang, para pengelola SCCC berharap konsep ini bisa direplikasi di kota-kota lain di Indonesia.
"Harapan kami sederhana: menjadikan perawatan diri sebagai budaya, bukan hanya tren sesaat," ujar Rani. "Kami percaya bahwa masyarakat yang sehat secara mental akan melahirkan komunitas yang lebih kuat dan penuh empati."
SCCC membuka harapan baru bahwa di tengah keramaian dan tekanan hidup, selalu ada ruang untuk pulih, bertumbuh, dan terhubung kembali—baik dengan diri sendiri maupun dengan sesama. Karena pada akhirnya, menjaga kesehatan mental bukanlah beban pribadi, melainkan tanggung jawab bersama.

Komentar
Posting Komentar